Jelang Lepas Lajang, Apakah Jati Diri Juga Siap Hilang?

Apakah saya depresi?

Saya rasa tidak. Biasanya, perasaan ingin ditinggal sendiri dan dibiarkan saja tanpa diganggu jelang menikah suka disebut sebagai wedding jitter. Saya kira saya tidak akan pernah mengalaminya karena saya tidak picisan. Saya picisan hanya untuk hal-hal yang bagus ditulis, tapi mengenai relationship, picisan bukan pilihan saya.

Lalu, saya kenapa? Saya berpikir lagi, mungkin saya kurang berdoa.

Saya mempersiapkan ini itu, membicarakan ini itu, mengurusi ini itu, bersama dengan matchingquirk saya, tapi saya lupa berdiam sejenak untuk berpasrah. Saya membiarkan ketakutan dan kekhawatiran yang manusiawi menguasai saya. Saya berdoa hanya dengan mulut, tapi tidak dengan hati. Saya hilang koneksi. Mungkin ini alasan yang tepat. Mungkin ini salah satunya.

Makin saya coba berpikir lagi, saya makin yakin. Lalu, saya coba kembali ke kehidupan religius yang karena kelelahan sempat saya tinggalkan. Saya bertanya, “Saya kenapa, Tuhan?”, karena ini tidak biasanya. Kedamaian merasuk, tapi rasa low-energy saya tidak kunjung hilang.

tumblr_static_tumblr_static_4vckeztlo8w004s8wc4ccc8s8_640
How I look these days – tumblr.com

Mungkin, saya kurang hiburan?

Baru-baru ini, saya bergabung dengan sebuah organisasi dan menyeimbangkannya dengan pekerjaan membuat saya perlahan merasa tenggelam dan gagal bernapas. Saya harus juggling dua meeting dalam waktu yang sama dan berpindah-pindah fokus dalam pikiran saya, dan saya merasa falling apart. Saya merasa tidak maksimal. Mungkin sense of under-achievement yang patut dipersalahkan.

Mungkin, fakta bahwa saya masih di episode 1 season 3 Sherlock dan teman-teman yang bebas beban sudah menamatkan season 4 Sherlock membuat saya merasa ketinggalan. Apa sesederhana itu? Maka, saya langsung menyelesaikan Sherlock season 3. Sesaat, baikan rasanya. Ketika bertemu dengan matchingquirk saya, kembali saya merasa seperti akan shutting down. My body and feeling are shutting down on me and I don’t like feeling this way.

I’m not trying to be classic to justify my feeling, or dramatize the heck out of it, because there’s no such thing.

Saya tidak percaya bahwa detik terakhir bisa menentukan apakah seseorang jodoh atau tidak. Semuanya bergantung pada proses dan jatuh bangun mempertahankan. Saya tidak percaya pada wedding jitter, sampai saya mau tidak mau harus mengakui bahwa saya mengalaminya.

Melihat kembali dan menginterpretasi isi hati, saya merasa kemungkinan besar yang menjadi penyebab semua ketidak-masuk-akal-an jelang hari H ini adalah karena saya merasa akan kehilangan diri saya, identitas saya. Menikah berarti menjadi satu, menikah berarti kompromi, menikah berarti dalam suka dan duka, menikah berarti membiarkan satu orang merekat dan mengalami semuanya bersama-sama. It’s terrifying. Terutama sejak kami memutuskan mengontrak rumah berdekatan dengan mertua saya, saya bisa membayangkan hidup yang nyaman tapi sekaligus merasa siapa diri saya sebenarnya kini harus menyesuaikan dengan situasi.

tumblr_static_tumblr_static_6105qzttrtog0kw84kswkswwc_640
How I feel – tumblr.com

I’m a people pleaser. Always have been. I don’t know how to stop because the thought of rejection is still unbearable. 

Saya paham betul tendensi saya untuk menyenangkan orang lain, membuat sebisa mungkin orang lain merasa didahulukan dan dipentingkan, bahkan kalaupun itu artinya saya yang harus mengalah. Saya tidak pernah dibangun jadi egois karena saya selalu merasa saya tidak berhak. Saya tidak pernah memaksakan diri vokal mengenai apa yang saya mau dan memanipulasi orang untuk mengikuti kemauan saya. Bukan saya. Percaya deh, saya pernah mencoba, tapi selalu berakhir diliputi perasaan bersalah.

Jadi saya memutuskan, ya sudahlah, selama saya punya ruang untuk diri saya sendiri saya akan baik-baik saja, karena berada di sekitar orang lain selalu menguras energi, terutama setelah maraton menyenangkan orang lain. Ini bukan kemunafikan, I actually feel good about pleasing people. Tapi, saya perlu jeda. Dan jeda itu, bukan berarti diri saya yang sebenarnya dan busuk muncul ke permukaan, menggantikan topeng yang saya pasang. Semuanya adalah saya, diri saya, sedang menyenangkan orang lain maupun sedang menyenangkan diri sendiri. Saya seutuhnya.

Saya hanya takut matchingquirk tidak memahami hal ini.

Calon saya merupakan orang yang jauh lebih tertutup dan perlu waktu lama untuk bisa membuka diri. Jauh lebih tertutup dan penikmat sejati kesendirian daripada saya. Karenanya, dia tahu saya mampu berada di sekitar orang-orang dalam waktu yang lama dan kemungkinan dia tidak akan mengerti kalau saya pun perlu terpisah dari dia sejenak untuk bernapas. Dia akan berpikir saya selama ini tidak tulus menikmati waktu-waktu kami bersama, dia akan berpikir saya mencintai dia dengan kadar seadanya, karena saat saya butuh waktu sendiri, saya akan mundur teratur dan shutting down. Baginya, saya hanya akan tampak cari-cari alasan.

Saya takut kami akan berantem karena hal setolol saya perlu sendiri. Saya perlu menikmati buku bacaan sendiri, saya perlu diam sejenak bersama-sama, tanpa dia sedikit-sedikit menginterupsi saya untuk menunjukkan video bayi yang lucu, saya perlu nonton serial kesukaan saya sendiri, dan terkadang, saya tidak ingin dia berusaha mengerti. Mungkin inilah bentuk keegoisan saya, ingin sesekali dibiarkan sendiri.

tumblr_static_reading_better
All I want is being quiet together – tumblr.com

Forever means forever and I’m not turning back, I’m staying and I hope I’d die first in this scenario because it’s the two of us or nothing at all. All I need is some alone time, and if only I can tell him all this without making him judging my feeling towards him, this wedding jitter would be a complete nonsense. 

Semoga suatu hari nanti postingan ini dia temukan.

 


Leave a comment